Laporkan Pelaku Pengrusakan Sungai Sail, Dampak Tambang Pasir dan Sawit
Selasa, 04 Agustus 2020 - 16:52:10 WIB
 

TERKAIT:
   
 

PEKANBARU (DRC) - Kerusakan Sungai Sail, Kota Pekanbaru yang semakin parah membuat geram pengamat sekaligus penggiat lingkungan Dr Elviriadi. Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu pun meminta masyarakat yang dirugikan akibat pencemaran Sungai Sail segera melapor ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau.

Keterkejutan Elviriadi ini menyusul munculnya di pemberitaan media lokal, bahwa pada bagian hulu Sungai Sail terdapat aktivitas pertambangan Galian C, pasir tambang. Selain itu, sepanjang hulu sungai juga sudah berubah menjadi kebun sawit yang ditanam di greenbelt cathment area. 

"Ah gawat ni, kabarnya ada aktivitas pertambangan yang mengeruhkan Sungai Sail. Kasian warga yang tak bisa berharap pada hasil ikan di situ, COD dan BOD yang 
meningkat bisa mengganggu air sungai," ujar Dr Elviriadi yang juga Ketua Bidang AMDAL Lembaga Adat Melayu (LAMR) Riau kepada media ini.

"Cepat laporlah, Wak. Ada seksi Pengaduan dan Sengketa Lingkungan di Dinas LHK Provinsi. Kebetulan Kepala Seksinye Mas Dwiyana itu kawan saye, langsung disikatnya itu," kata Elviriadi lagi.

Ia pun menekankan, bila nanti ditemukan aktivitas ilegal di DAS Sungai Sail, maka akan dikenakan sanksi tegas dari Dinas LHK Provinsi Riau. "Kalau tidak, kita bawak ke LAM Riau, Insya Allah  kite tindaklanjuti," pungkas peneliti yang 
istiqamah gunduli kepala demi nasib hutan. 

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu sangat menyayangkan terjadinya kerusakan kualitas air Sungai Sail yang diduga akibat aktivitas pertambangan. Harusnya ada tata kota berbasis sungai di Kota Pekanbaru.

"Jadi, hulu sungai di Kulim itu harus ditata sebagai kawasan tangkapan air (cathcment area), supaya suplai air  tersedia. Jangan dikasi izin apa pun, karena melanggar Peraturan Pemerintah mengenai sungai," beber akademisi yang 
dikenal vokal itu.

Diketahui, saat ini, kondisi fakta lapangan menunjukkan kondisi konsentrasi air Sungai Sail sangat keruh kuning kecoklatan pekat yang sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Rerumputan pinggiran sungai pun berubah warna seperti air sungai yang berlumpur. Masyarakat sekitar pun tak bisa memancing ikan dan mengambil manfaat sungai yang kini juga sudah banyak terdapat pulau-pulau endapan di tengah Sungai Sail yang bermuara ke Sungai Siak tersebut.

Investigasi media ini ke lokasi, masyarakat sekitar yang juga terdampak akibat air Sungai Sail yang telah mematikan ikan dan biota air lainnya itu sempat mendapat tantangan dari oknum-oknum tertentu. Mereka mendapat tekanan ketika 
memposting kondisi kerusakan Sungai Sail ke media sosial Facebook. 

"Jangan kau posting lagi Sungai Sail di FB, bisa tak makan pula kami nanti," ujar sumber yang enggan disebutkan namanya, menceritakan peringatan oknum penambang pasir kepada dirinya. (rid)



 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -